Batu, Targetnews.id – Sejarah awalnya tempat wisata Selecta yang ada diwilayah Desa Tulungrejo Kecamatan Batu Kota Batu Jatim, yang di era 1923, lokasi tersebut merupakan milik seorang anak bangsawan menjabat administratur wilayah Jateng. Dengan luas 17 hektar,tanah yang dibeli dari warga asing dengan harga Rp.305 ribu rupiah kala itu, Karena warga Desa Tulungrejo tidak mampu mebelinya lahan tersebut, maka dilakukanlah semacam patungan agar bisa membelinya.
Kesempatan itu tetap masih ada, setelah dari 500 orang serta ada 5 ribu lembar saham yang berminat untuk menitipkan sahamnya agar bisa membayar tanah.Harapan itu terjadi sungguhan dari patungan saham sebesar 100 rupiah. Masuk tahun 1950 akhirnya warga Selecta bisa ngumpulkan dana 500 ribu rupiah modelnya dengan seri A, B, C dan saat ini sesuai harga saham sudah mencapai Rp.400 ribu/lembar sahamnya.
Menginjak tahun 1928 dikembangkan untuk lahan pertanian sayuran. Dan lokasi tempat itu, berada diketinggian 1.150 meter diatas permukaan laut. Dengan bermodal hawa yang sejuk dan lingkungan yang hijau, Pertama pemiliknya pada tahun 1930 merintis membangun sebuah Hotel dengan jumlah 20 kamar dan kolam renang bernama Selektif (tempat pilihan) kala itu, saat ini berubah nama PT.Selecta,” kata Sujud Hariadi selaku Dirut PT.Selecta,”ketika dikonfirmasi Targetnews.id, Sabtu,(10/6/23) siang.
Memasuki tahun 1942 dengan adanya bangunan hotel dan kolam renang dilokasi itu,semua warga desa Tulungrejo diperbolehkan untuk bekerja di Selecta, namun oleh pihak pemilik Hotel,yang diperbolehkan menginap di Hotel Selecta tersebut, hanya Warga Negara Asing (WNA) dari Eropa seperti, Belanda, Inggris selain itu, tidak diperbolehkan WNI dari keturunan bangsawan pun,untuk menginap di Hotel tersebut.
“Setelah terjadi over time adanya perang dan pihak pemilik orang Belanda itu ditahan Jepang di Bandung, maka kondisi saat itu, keberadaan Selecta dikelola oleh orang Jepang Hachi Guchisan sampai tahun 1945. Mulai masuk tahun itu, banyak tokoh Nasional seperti Presiden pertama RI Ir. Soekarno dan Mohamad Hatta, yang singgah di Hotel bersejarah Bhima Sakti hingga sampai saat ini masih bagus dan terawat,”ucap Sujud.
Dari status usaha Selecta milik orang Belanda itu, sejak tahun 1938 tempat wisata dan Hotel berbadan NV. Selecta tapi sekarang berubah menjadi PT.Selecta. Berlanjut pada tanggal 14 Agustus 1945,Jepang menyerah pada sekutu,lalu Jepang pergi dari Selecta. Dengan situasi keberadaan Selecta kosong, munculah beberapa tokoh masyarakat dan berkumpul untuk berfikir agar Selecta bisa dikelola oleh masyarakat Desa Tulungrejo secara bersama dengan cara patungan. Masuk pada tahun 1960 Selecta sudah benar-benar di miliki oleh Warga desa Tulungrejo kota Batu.
“Berjalanya waktu, tahun 1960 an keatas, PT.Selecta di uji lagi dengan terjadinya G.30.S PKI dan Malari, sampai menginjak tahun 1998 sampai tahun 2000 ada terjadi krisis moneter di Indonesia, berlanjut tahun 2019 muncul wabah Covid. Hal itu jelas PT.Selecta mengalami kerugian cukup lumayan. Akhir berjalan waktu Covid 19 ini, ada peraturan dari Pemerintah pusat untuk dilakukan PSBB,dan masih tetap bertahan biarpun tidak beroperasinal.
“Terlewat dari persoalan itu, ada perubahan makin membaiknya situasi kunjungan wisata di Selecta ramai kembali,hingga saat ini yang sudah menanamkan sahamnya mencapai 1.110 orang yang terbagi dari 5 ribu lembar saham dan nilai perlembar sahamnya Rp.400 ribu dan dari modal dasar bernilai Rp.2 miliar. Dan jika nilai modal dasar sampai capai 3 miliar lebih,maka seharusnya PT.Selecta masuk statusnya Tbk.
Ditambahkan, karena status perusahaan yang akan meningkat ke TBK, aturan modal dasar di atas nilai modal 3 miliar dengan penyertaan modal saham diatas 300 orang,” papar nya. Ditambahkan Sujud Hariadi, PT.Selecta saat ini, sudah melebihi dari syarat naik ke tingkat dari PT ke Tbk. Tetapi para pemegang saham PT.Selecta tidak igin merubah status PT untuk meningkat ke Tbk.
Disinyalir lagi, dari hitungan pembagian deviden penerimaan tertinggi sebelum terjadi adanya Pademi Covid 19, setiap pemegang saham bisa menerima Rp.1,9 juta bersih setelah dipotong pajak. Setelah itu terjadi wabah pademi Covid19 muncul, berdampak turunya penerimaan deviden dikisaran 50 – 60 ribu per lembah sahamnya.
Sistim pembagian deviden di PT.Selecta, sudah dilakukan sejak tahun 1955 biarpun nilainya masih taraf kecil dikisaran 1 – 2 rupiah per lembar sahamnya. Namun dengan berprosesnya waktu, keberadaan PT.Selecta saat ini sudah bisa mengerjakan 150 karyawan, tenaga kontrakan 60 orang dan orsosing 8 orang ditambah anak sekolah casuel,”jelas Sujud.
“Mengenai pengelolaan manajemen yang akuntabel dan benar, PT.Selecta berdasarkan hitungan kunjungan wisatawan tahun terakhir sampai bulan akhir Desember 2022 mencapai 600 ribu pengunjung dengan harga tiket masuk Rp.40 ribu. Dari perolehan itulah PT.Selecta turut serta menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) ke kota Batu sebesar kurang lebih Rp. 2,3 miliar, dari pajaknya “terang Ketua PHRI.
“Yang terpenting untuk PT.Selecta,yang masih tetap dipertahankan hingga sampai sekarang, terutama kesejukan udaranya, sumber air alam asli untuk kolam renang tanpa kaporit, rimbun dan hijaunya pepohonan yang masih rimbun, sebagai penyangga ekosistem dikawasan wisata Selecta. Itupun, kata Sujud, bagi para wisatawan/pengunjung yang masuk di Selecta, bebas mau bawa bekal makanan apapun dari rumah. Dan memang di Selecta ini, sangat berbeda dengan tempat wisata lainya. Karena PT.Selecta kita konsep Wisata alam berbasis kemasyarakatan, dengan Tagline “Dari Masyarakat Untuk Masyarakat,” pungkasnya.(Wan)