Home / BERITA UTAMA / DAERAH / HUKRIM / NASIONAL / NEWS / Tag / TargetNews.id

Selasa, 1 Agustus 2023 - 23:12 WIB

Kata : Kata : Sri Mulyani Ungkap Tanda-tanda Ekonomi 2023 Bakal Gelap Gulita.

Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Jakarta. http://TargetNews.id Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap adanya sinyal kalau ekonomi dunia pada 2023 ini akan gelap gulita. Kondisi ini membuat Indonesia harus kembali mengencangkan sabuk pengamannya.

Setelah melalui 2023 hingga ke pertengahan tahun, Ani menilai kondisi sedikit lebih baik dari yang diperkirakan semula. Walau demikian, sebelumnya organisasi dunia telah memproyeksikan pada 2023 ini akan banyak negara yang masuk ke dalam jurang resesi.

“Dunia akan gelap gulita 2023,” kata wanita yang akrab disapa Ani ini, dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal yang disiarkan secara langsung lewat Kanal Youtube Kementerian Keuangan RI, Senin (31/7/2023)

1. Sinyal-sinyal Ekonomi Gelap Gulita
Ani mengatakan, salah satu tanda yang paling terlihat ialah dari pertumbuhan dunia yang turun drastis. Adapun pada saat ini, pertumbuhan ekonomi dunia hanya sekitar 2,1%, turun drastis dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang 6,3%.

Selain itu, pertumbuhan perdagangan dunia saat ini merupakan yang terendah, yakni hanya 2,1%. Angka ini jauh dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 10,7%. Dengan melihat kondisi ini, Ani menilai aktivitas perdagangan perlu terus didorong.

“Ini adalah lowest point, paling rendah, hanya 2,0%. Tahun 2021 pertumbuhan perdagangan global mencapai 10,7%. Kalau dunia tidak saling berdagang, pasti ada bagian dunia yang tadinya membutuhkan barang atau jasa tidak mendapatkannya, dan kemudian akan mendorong harga-harga menjadi naik,” jelasnya.

Baca juga  Surprise Kapolres Kepada Dandim Gresik dalam HUT TNI ke-78 Wujud Soliditas TNI Polri

“Dunia akan gelap gulita 2023,” kata wanita yang akrab disapa Ani ini, dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal yang disiarkan secara langsung lewat Kanal Youtube Kementerian Keuangan RI, Senin (31/7/2023).

1. Sinyal-sinyal Ekonomi Gelap Gulita
Ani mengatakan, salah satu tanda yang paling terlihat ialah dari pertumbuhan dunia yang turun drastis. Adapun pada saat ini, pertumbuhan ekonomi dunia hanya sekitar 2,1%, turun drastis dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang 6,3%.

Selain itu, pertumbuhan perdagangan dunia saat ini merupakan yang terendah, yakni hanya 2,1%. Angka ini jauh dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 10,7%. Dengan melihat kondisi ini, Ani menilai aktivitas perdagangan perlu terus didorong.

“Ini adalah lowest point, paling rendah, hanya 2,0%. Tahun 2021 pertumbuhan perdagangan global mencapai 10,7%. Kalau dunia tidak saling berdagang, pasti ada bagian dunia yang tadinya membutuhkan barang atau jasa tidak mendapatkannya, dan kemudian akan mendorong harga-harga menjadi naik,” jelasnya.

Kondisi ini berimbas pada terjadinya disrupsi baik dari sisi suplai maupun dari sisi perdagangan. Ani mengatakan, dari sisi disrupsi itulah akan sangat menentukan inflasi. Seperti yang terjadi pada 2022 silam, inflasi tertinggi dengan di masing-masing negara seluruh dunia mengalami kenaikan sangat tinggi. Dari inflasi 0%, inflasi dunia menyentuh 8,7%.

Baca juga  Dedikasi Polri dalam Pengamanan Mudik Tuai Apresiasi Pemudik

“Kalau permintaan turun, maka kegiatan produksi juga akan mulai menurun. Kita lihat di dunia saat ini indikator PMI (Purchasing Managers Index) manufaktur, yaitu indikator mengenai kegiatan manufaktur global,” kata Ani.

“Mayoritas negara 61,9% itu mengalami PMI manufaktur yang kontraktif. Ini negara-negara besar, Amerika, Eropa, Jerman, Perancis, Inggris, Jepang, Korea Selatan. Bahkan negara tetangga kita Malaysia, Vietnam, semuanya mengalami PMI manufaktur kontraktif,” sambungnya.

Ani mengatakan, kondisi ini merupakan gambaran dampak dari pelemahan ekonomi global, termasuk salah satunya inflasi yang menggerus daya beli, berdampak sangat besar terhadap negara tersebut. Demi mengendalikan inflasi, suku bunga dikerek naik, hingga akhirnya negara tersebut terpaksa ‘mengerem’ atau menghentikan sisi permintaan. Kondisi ini pun bisa memicu disrupsi suplai dan demand.

“Kalau inflasi tinggi, masyarakatnya tidak hepi. Tidak hepi berarti menjadi krisis politik di berbagai negara Eropa. Sekarang pemilunya sedang menghadapi kondisi yang tidak baik. Masyarakatnya tidak hepi, ada pengangguran dan juga ada imigrasi yang berasal dari negara-negara yang kemudian pindah,” kata Ani.

Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Share :

Baca Juga

Artikel

Sampaikan Larangan Karhutla Kepada Masyarakat, Saat laks Patroli Dialogis

Artikel

Kapolres Batu Terapkan Kedisiplinan Maksimal, Siapkan Ruang Sidang Etik

BERITA UTAMA

Babinsa Koramil 13/Blsp Komsos Dengan Tokoh Agama

Artikel

Babinsa Koramil 1612-08/Macang Pacar Membangun Kedekatan dengan Masyarakat Melalui Silaturrahmi

Artikel

Babinsa Arga Pura Hadiri Pelantikan Dan Pengambilan Sumpah Perangkat Desa

Artikel

Asah Kemampuan Tempur, Personel Kodim 1009/Tanah Laut Latihan Menembak

BERITA UTAMA

TNI AU – RTAF Adakan 14th AFJWG

Artikel

Gelar Diskusi Nasional, DPD Kongres Advokat Indonesia Hadirkan Para Pemikir Terkemuka