Ini adalah momen untuk introspeksi diri, merenungkan perjalanan hidup yang telah dilalui, dan memohon berkah serta keselamatan untuk tahun yang akan datang.
Salah satu tradisi yang paling dikenal saat 1 Suro adalah kirab pusaka. Di berbagai keraton seperti Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, benda-benda pusaka keramat diarak keliling kota.
Prosesi ini bukan hanya sebuah tontonan, melainkan sebuah ritual penghormatan terhadap warisan leluhur dan simbol kekuatan serta kemuliaan. Masyarakat yang menyaksikan kirab seringkali turut serta dalam prosesi dengan penuh khidmat, menunjukkan rasa hormat dan keinginan untuk mendapatkan tuah dari pusaka-pusaka tersebut.
Selain kirab, ada pula tradisi jamasan pusaka, yaitu membersihkan benda-benda pusaka. Proses ini dilakukan dengan hati-hati dan penuh ritual, melambangkan pembersihan diri dari hal-hal negatif dan menyambut energi baru yang positif.
Makna dari jamasan ini meluas, tidak hanya terbatas pada benda pusaka, tetapi juga sebagai pengingat bagi setiap individu untuk membersihkan hati dan pikiran menjelang tahun yang baru.

Pada malam menjelang 1 Suro, atau yang dikenal sebagai Malam 1 Suro, suasana terasa begitu sakral. Masyarakat Jawa umumnya tidak tidur semalam suntuk (lek-lekan) atau melakukan tirakatan, yaitu kegiatan spiritual seperti berdoa, bermeditasi, atau berpuasa.
Ini adalah momen untuk introspeksi diri, merenungkan perjalanan hidup yang telah dilalui, dan memohon berkah serta keselamatan untuk tahun yang akan datang.
Salah satu tradisi yang paling dikenal saat 1 Suro adalah kirab pusaka. Di berbagai keraton seperti Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, benda-benda pusaka keramat diarak keliling kota.
Prosesi ini bukan hanya sebuah tontonan, melainkan sebuah ritual penghormatan terhadap warisan leluhur dan simbol kekuatan serta kemuliaan. Masyarakat yang menyaksikan kirab seringkali turut serta dalam prosesi dengan penuh khidmat, menunjukkan rasa hormat dan keinginan untuk mendapatkan tuah dari pusaka-pusaka tersebut.
Selain kirab, ada pula tradisi jamasan pusaka, yaitu membersihkan benda-benda pusaka. Proses ini dilakukan dengan hati-hati dan penuh ritual, melambangkan pembersihan diri dari hal-hal negatif dan menyambut energi baru yang positif.
Makna dari jamasan ini meluas, tidak hanya terbatas pada benda pusaka, tetapi juga sebagai pengingat bagi setiap individu untuk membersihkan hati dan pikiran menjelang tahun yang baru.
Namun, 1 Suro juga sering dikaitkan dengan mitos dan kepercayaan tertentu. Ada anggapan bahwa pada malam 1 Suro, makhluk halus lebih aktif berkeliaran, sehingga masyarakat diimbau untuk berhati-hati dan menghindari hal-hal yang dianggap tabu. Kepercayaan ini, meskipun terdengar mistis, sebenarnya mengandung pesan moral untuk selalu waspada, menjaga sikap, dan bertindak bijaksana.
Esensi dari peringatan 1 Suro adalah Harmonisasi antara manusia dengan alam, manusia dengan sesama, dan manusia dengan Tuhannya. Momen ini menjadi pengingat untuk selalu menjaga keseimbangan hidup, menghormati tradisi, dan memperkuat spiritualitas.
Di tengah gempuran modernisasi, perayaan 1 Suro tetap menjadi pilar yang kokoh, menjaga identitas budaya Jawa agar tidak tergerus oleh waktu.
Pada akhirnya, 1 Suro adalah cerminan kekayaan budaya dan spiritualitas bangsa Indonesia. Ia mengajarkan kita untuk selalu terhubung dengan akar, menghargai masa lalu, dan melangkah ke masa depan dengan penuh kesadaran dan harapan.
Redaksi