Banyuwangi, – Data A Satu | Pada pasca wisuda yang dihadiri 160 siswa-siswi kelas 6 di MIN 1 Banyuwangi, terlihat suasana ceria dan bahagia di antara para wisudawan dan wisudawati yang didampingi oleh orang tua tercinta mereka. Acara tersebut juga dihadiri oleh beberapa pejabat, termasuk Kasubag TU Kemenag Banyuwangi, Kasie Pendidikan Madrasah Kemenag Banyuwangi, Rabu Lalu, (07/06/2023).
Namun, di balik kegembiraan tersebut, ada keluh yang muncul terkait biaya wisuda yang dibebankan kepada para siswa. Setiap siswa diwajibkan membayar sebesar Rp. 375.000 untuk mengikuti acara wisuda ini. Hal ini membuat orang tua siswa yang memiliki keterbatasan ekonomi merasa cemas, karena mereka masih membutuhkan biaya untuk mempersiapkan anak-anak mereka dalam melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
“Sebenarnya uang untuk wisuda itu kan bisa dipakai beli seragam masuk sekolah SMP,”” Kata walimurid namanya enggan diberitakan, sebut saja, Dewi, Sabtu (10/07/2023).
Sementara Kepala Madrasah MIN 1 Banyuwangi, Haris Jamroni, Belum bisa dimintai keterangan
Perlu diketahui, Beban finansial ini menjadi sebuah keprihatinan, mengingat wisuda seharusnya menjadi momen yang diingat oleh para siswa dan keluarga sebagai sebuah pencapaian berharga. Namun, dengan adanya biaya yang tinggi, acara wisuda yang semestinya menjadi suatu kebanggaan malah meninggalkan beban bagi keluarga dengan kondisi ekonomi rendah.
Meskipun H. Moh. Jali, M.Pd.I, yang hadir mewakili Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, memberikan orasi ilmiah dan motivasi kepada para wisudawan-wisudawati, kesedihan masih terasa di antara para orang tua yang terbebani dengan biaya wisuda ini.
Sebagai pendidikan yang seharusnya memperhatikan keberagaman sosial dan kesejahteraan siswa, pemerintah dan pihak terkait perlu untuk meninjau kembali kebijakan biaya wisuda yang memberatkan ini. Diharapkan ada solusi yang dapat ditemukan agar acara wisuda dapat menjadi momen yang lebih meriah tanpa meninggalkan beban finansial yang berat bagi para orang tua dan keluarga siswa yang kurang mampu secara ekonomi. Pendidikan yang inklusif seharusnya tidak membatasi aksesibilitas bagi semua siswa, termasuk dalam hal perayaan akademik seperti wisuda. (Lim)