Sanggau, Kalimantan Barat — 28 Mei 2025 Targetnew.id Pertambangan emas tanpa izin (PETI) kembali memperlihatkan wajah brutalnya di jantung Kalimantan Barat. Tepat di Sungai Muntik, anak Sungai Kapuas yang legendaris, deretan lanting tambang emas ilegal beroperasi tanpa malu-malu. Suara pekikan mesin penyedot menggema siang bolong, Rabu (28/5), mengoyak kesunyian hutan dan menyayat hati siapa pun yang peduli lingkungan.
Pantauan langsung tim Targetnew.id pukul 12.45 WIB memperlihatkan kenyataan telanjang: negara absen. Penambang ilegal leluasa beraksi, seolah hukum tak pernah lahir di bumi Sanggau. Pemerintah setempat dan aparat penegak hukum hanya hadir dalam spanduk peringatan, bukan dalam tindakan nyata.
Negara Diam, Sungai Menangis
Berbanding terbalik dengan pernyataan para pejabat yang mengklaim tambang sudah “tidak aktif”, dokumentasi dan kesaksian warga membuktikan sebaliknya. Kebohongan demi kebohongan terus diulang, seolah publik bisa dibungkam dengan narasi kosong.
“Kami sudah sering mengadukan, tapi tidak ada tanggapan. Tambang itu seperti punya kekuatan besar, kebal hukum,” ungkap seorang warga yang meminta identitasnya disamarkan karena alasan keamanan.
Kesan “kebal hukum” ini makin kuat dengan dugaan keterlibatan oknum aparat dan pejabat daerah dalam membekingi bisnis emas haram ini. Di balik asap tambang dan kilau emas, ada dugaan kongkalikong kekuasaan yang selama ini membiarkan Sungai Kapuas mati pelan-pelan.
Alibi “Masyarakat Adat” Jadi Tameng Cukong
Lebih miris lagi, sebagian pelaku tambang liar berlindung di balik narasi “kearifan lokal” dan “hak masyarakat adat”. Padahal, struktur operasional di lapangan menunjukkan dominasi para cukong besar dengan modal dan alat berat. Mereka memanfaatkan celah hukum untuk melanggengkan praktik perusakan lingkungan atas nama tradisi.
Padahal, seperti yang pernah disampaikan oleh Wakil Gubernur Kalimantan Barat, PETI tidak memberi kontribusi apa pun kepada daerah. Lantas mengapa dibiarkan? Pertanyaan yang menggantung di benak publik: siapa yang sebenarnya bermain di balik pembiaran sistematis ini?
Ekosistem Terancam, Generasi Masa Depan Dikorbankan
Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia dan sumber penghidupan ribuan jiwa, kini tercemar. Endapan merkuri, lumpur pekat, dan erosi menjadi warisan nyata dari ketamakan yang dibiarkan tumbuh liar. Sementara anak-anak tumbuh di tepi sungai yang tak lagi jernih, para penambang dan cukong meraup untung tanpa rasa bersalah.
Hingga laporan ini diterbitkan, belum ada tanggapan resmi dari Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, Dinas Lingkungan Hidup, maupun Pemerintah Kabupaten Sanggau, meskipun upaya konfirmasi telah dilakukan berulang kali.
Seruan Terbuka: Hentikan Kejahatan Lingkungan Ini Sekarang!
Targetnew.id menyerukan kepada pemerintah pusat, media nasional, KPK, dan Kementerian Lingkungan Hidup untuk tidak lagi menutup mata. Krisis di Kalbar bukan sekadar pelanggaran administratif, ini adalah kejahatan ekologis besar-besaran.
Jika hukum terus gagal menegakkan keadilan, maka kelak kita hanya akan mewariskan lumpur dan air beracun kepada generasi mendatang.
(Reni | Targetnew.id)