Sambas TargetNews.id Sabtu (15/02/2025) — Dengan nada penuh ketegasan dan kemarahan, Men Sie Hono menyampaikan kekecewaannya atas perlakuan tidak manusiawi yang ia alami dari Hero Libertio alias Ahiung, serta penghinaan verbal yang dilakukan Junarto Han dan Tju Jin San terhadap dirinya dan keluarganya.
Dalam pernyataannya kepada wartawan, Men Sie Hono menegaskan bahwa dirinya dan keluarganya telah menjadi sasaran fitnah serta penghinaan yang tidak berdasar, hanya karena terkait dengan gugatan waris yang diajukan Evi Hon terhadap saudara-saudaranya.
“Tidak ada alasan bagi mereka untuk menyeret keluarga besar saya dalam persoalan ini. Suami saya dihina, saya dilecehkan secara verbal saat berada di Kebun Durian – Sebetung, bahkan suami saya diejek dengan sebutan yang tidak pantas. Apa maksud mereka melakukan itu?” ujar Men Sie Hono dengan nada geram.
Menurutnya, jika memang ada ketidaksenangan terhadap kehadiran mereka di kebun tersebut, seharusnya hal itu disampaikan langsung kepada Evi Hon atau dengan cara yang baik-baik kepada mereka sebagai tamu yang datang atas ajakan Evi Hon sendiri. Namun, yang terjadi justru sebaliknya—serangan verbal penuh penghinaan dan sikap tidak simpatik.
Lebih dari sekadar kata-kata, Men Sie Hono juga menjadi korban penganiayaan fisik. Dengan suara emosional, ia mengungkapkan kekejaman yang dialaminya di tangan Hero Libertio.
“Saya dihajar seperti kucing dan anjing dengan sapu dan kulit durian oleh Hero Libertio alias Ahiung, tanpa ada sedikit pun rasa kemanusiaan. Bahkan sebelum kejadian ini, Evi Hon juga pernah mengalami kekerasan dari saudara-saudaranya sendiri—wajahnya pernah dipukul oleh Junarto Han, lehernya dicekik oleh Tju Jin San, dan ia pernah ditarik hingga jatuh dari tangga oleh Hero.”
Men Sie Hono menambahkan bahwa selama ini dirinya memilih diam demi menjaga hubungan kekeluargaan. Namun, setelah mengalami penghinaan dan kekerasan secara langsung, ia merasa sudah saatnya mengungkapkan kebenaran.
“Citra baik yang mereka bangun di masyarakat tidak sejalan dengan kenyataan. Mereka menguasai hak waris Evi dengan cara yang tidak etis, hingga membuat Evi harus menggugat mereka di PN Sambas. Saya tidak bisa lagi diam. Masyarakat harus tahu apa yang sebenarnya terjadi,” tegasnya.
Men Sie Hono memastikan bahwa semua yang ia sampaikan bukan sekadar tuduhan. Ada saksi dan bukti rekaman yang mendukung pernyataannya.
Sebagai bentuk perjuangan atas keadilan, ia telah melaporkan kejadian ini ke Polsek Tebas pada Jumat (07/02/2025) dan mendesak agar pihak berwenang memproses kasus ini secara hukum.
“Ini bukan hanya soal martabat saya, tetapi juga soal keadilan. Saya berharap hukum ditegakkan secara adil agar tidak ada lagi korban lain yang mengalami hal serupa,” pungkasnya.
Sambas, Sabtu (15/02/2025) — Upaya konfirmasi melalui pesan WhatsApp terkait laporan penganiayaan dan pelecehan terhadap Men Sie Hono masih menemui kebuntuan. Hingga berita ini ditayangkan, penyidik Reskrim Polsek Tebas, Dwi Winarto, belum memberikan pernyataan apa pun terkait perkembangan kasus tersebut.
Media ini telah dua kali mencoba menghubungi pihak kepolisian untuk meminta klarifikasi dan tanggapan resmi. Namun, baik secara langsung maupun melalui komunikasi jarak jauh, tidak ada respons yang diberikan. Sikap diam ini justru menimbulkan tanda tanya besar: apakah kasus ini benar-benar ditangani dengan serius?
Ketika hukum seharusnya menjadi alat perlindungan bagi korban, lambannya respons dari aparat justru menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Publik tentu berhak mengetahui sejauh mana proses hukum berjalan, apalagi dalam kasus yang menyangkut kekerasan dan pelecehan seperti ini.
Kini, bola ada di tangan aparat penegak hukum. Apakah keadilan akan ditegakkan, atau justru kasus ini akan dibiarkan mengendap tanpa kejelasan? Masyarakat menanti jawaban.(red)