Pemerintah Kabupaten Brebes tengah menggalakkan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Program ini memberikan layanan terbuka bagi semua lapisan masyarakat, agar menjadi perpustakaan yang nyaman, dan memfasilitasi masyarakat untuk berkegiatan sehingga perpustakaan menjadi pusat informasi dan pusat kegiatan masyarakat.
“Pojok baca juga penting kita dibangun untuk memaksimalkan pengembangan perpustakaan inklusi, kita cari kebiasaan anak muda itu suka nongkrong di mana, misal di kafe, kita bikin pojok baca di situ,” kata Pj Bupati Brebes Urip Sihabudin SH MH saat membuka Stakeholder Meeting Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di Aula Pepusda Brebes, Senin (4/12/2023).
Menurut Urip, tak dipungkiri generasi muda era sekarang lebih tertarik dengan gadget daripada buku. Ini yang harus didorong agar generasi muda dekat dengan buku melalui pojok baca, dengan begitu minat baca akan meningkat.
“Kita jangan terlalu birokratis harus dengan konsep yang berbeda, menyesuaikan dengan zaman sekarang,” tuturnya.
Urip menyampaikan, perpustakaan berbasis inklusi sebenarnya berkaitan dengan kebutuhan, yakni mendekatkan diri kepada masyarakat. Dulu perpustakaan dikenal hanya untuk tempat baca, sekarang konsepnya adalah mengubah pola pikir masyarakat dalam kehidupan.
“Perpustakaan inklusi harus bisa masuk ke ruang ruang real masyarakat, ini bisa mendongkrak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Brebes serta meningkatkan rata-rata sekolah. PR nya bagaimana kita sekaligus menghasilkan nilai tambah SDM berkualitas dari pengembangan perpustakaan,” terangnya.
Lanjut Urip, beban kepala daerah saat ini, menyongsong Tahun 2045, Indonesia akan menjadi negara maju, jadi bagaimana caranya meningkatkan pendapatan dan SDM. Salah satu cara untuk menumbuhkan perekonomian dan peningkatan SDM yakni melalui perpustakaan inklusi berbasis sosial.
“Maka pertumbuhan dan pengembangan perpustakaan harus kita capai, membuat perpustakaan desa tematik artinya sesuai kebutuhan desa. Saya titip kepada para camat kalau sekarang ada 13 perpustakaan misalnya, agar bisa menambah dan mengaplikasikan perpustakaan inklusi,” pungkasnya.
Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Brebes Tahroni mengatakan, perpustakaan adalah benteng terakhir, jika awalnya manusia belajar membaca, perpustakaan jadi pelapis, pelengkap dalam konteks kemajuan bangsa.
“Brebes menjadi juara nasional transformasi perpustakaan inklusi sosial Desa Dawuhan Kecamatan Sirampog, dari situ memang nyata dengan kondisi masyarakat, mendampingi petani mengembangkan pertanian kopi, dan ini adalah lingkup yang dilakukan dari tranformasi inklusi,” terangnya.
Tahroni mengatakan, perpustakaan sekarang harus ditekankan menjadi perpustakaan inklusi, karena inklusi bisa dilakukan semua orang, dan ini yang harus kita dorong guna mensejahterakan masyarakat.
“Kita mencoba bersinergi dengan semua pihak agar program ini menjadi prioritas untuk mendongkrak IPM Brebes, caranya seperti yang kita lakukan pada kesempatan ini, pengembangan perpustakaan desa menjaring semua stakeholder,” ucapnya.
Mencontoh Perpusda ini, kata Tahroni, nyatanya bisa digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti bedah buku, talk show bagi masyarakat yang mau membuka cakrawala pengetahuannya.
“Saya yakin dengan hadirnya para camat dan kepala desa di sini akan terjalin kolaborasi dan sinergi yang baik, mungkin infrastruktur fisik satu dua tahun bisa hancur, namun membangun infrastruktur pengetahuan juga amat penting sebagai investasi seumur hidup,” tutupnya.
Narasumber Stakeholder Meeting Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial yakni Kepala Baperlitbangda Apriyanto Sudarmoko dan Akademisi Bahrul Ulum, dihadiri Perwakilan Camat dan kepala desa se Kabupaten Brebes serta undangan lainnya.
Fauzi