Batu – Perhutani KPH Malang bersinergi dengan Polres Batu dan Dinas Pertanian Batu, Sosialisasi Keberhasilan Tanaman dan Edukasi Tanaman Agro. Rabu (29/11/2023).
Menjelang akhir tahun, hujan mulai turun setempat saat tanam dimulai, Perhutani KPH Malang mulai melakukan persiapan diawali dengan sosialisasi khususnya di petak 63 dan 64 dan sekitarnya RPH Junggo BKPH Singosari masuk dalam wilayah administratif Desa Buluhkerto Bumiaji Batu.
Hadir dalam kegiatan, Wakapolres Kota Batu beserta jajaran, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu beserta jajaran, Administratur (ADM) Perhutani Malang dan jajaran, Muspika Bumiaji, KTH Wono Mulyo, CDK Wilayah Malang.
Wakapolres Kota Batu Kompol Zeni Al Jauza, menyampaikan bahwa Polres bersinergi dengan Dinas Pertanian dalam bidang agro dengan mengawal tanaman kopi di area Perhutani.
“Mengapa dengan tanaman kopi dimaksudkan untuk menambah perekonomian masyarakat dengan secara bertahap mulai mengurangi tanaman horti,” terang Wakapolres.
“Polres siap mengawal keberhasilan tanaman dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menjaga pertumbuhan tanaman kopi termasuk tanaman kehutanan,” terangnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu Heru Yulianto menyampaikan bahwa pihaknya siap menyediakan bibit kopi jenis arabica sejumlah 30.000 plc.
“Pertumbuhan kopi akan menjadi bagus saat mendapat naungan yang mana naungan diperoleh dari tanaman kehutanan yang ada. Selain itu kebutuhan kopi dunia masih belum terpenuhi sehingga pasar kopi masih sangat menjajikan,” terangnya.
Dalam kegiatan sosialisasi ini, ADM KPH Malang Loesy Triana, yang hadir langsung menyampaikan bahwa dengan adanya tanaman kopi diantara tanaman kehutanan menjadi salah satu bentuk merealisasikan program Multi Usaha Kehutanan (MUK).
“Dengan mengatur pola tanam di kawasan, sehingga akan terbentuk tutupan lahan yang optimal dari strata tajuk tanaman yang bertingkat, yang mana kondisi tersebut dapat menapis jatuhnya curah hujan secara bertahap sebagai upaya mengurangi bencana banjir dan longsor,” ujar Loesy.
Selain tanaman kehutanan dan kopi masih memungkinkan memaksimalkan lahan kawasan dengan ditambahnya tanaman MPTS maupun jenis labu kuning Jepang.
“Dengan demikian masyarakat sekitar hutan yang tergabung dalam kelompok tani hutan (KTH), lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) atau yang lainnya akan memperoleh hasil lebih untuk meningkatkan kesejahteraan dengan pengaturan jenis tanaman yang panen hasil secara berkala,” ujar Loesy.
Kegiatan ini sekaligus merubah mindset petani untuk mengurangi tanaman horti dikawasan hutan menjadi tanaman agro yang bisa dikolaborasikan dengan kegiatan wisata.
“Dengan demikian multi plyer efek akan terjadi, keseimbangan alam atau ekologi keseimbangan ekonomi dan keseimbangan sosial,” pungkasnya. @red